Menjadi Medioker Adalah Kiamat
Melihat LinkedIn bisa menambah semangat, selain Instagram yang dipenuhi aktivitas lomba atau event yang diikuti teman-teman terlepas itu hanyalah bullshit atau tidak, setidaknya bisa membuat orang lain berpikir: “beliau sangatlah pintar” dan mendapatkan chance lebih tinggi untuk kehidupan selanjutnya.
saat itu pula bertanya pada diri sendiri: ‘apa yang bisa kamu tawarkan kepada orang lain?’, ‘mengapa saya harus memilih anda daripada orang lain’.
memang, sebagian tugas akan bisa dikerjakan. orang lain puas dengan itu. hanya saja, terkadang butuh partner untuk memeriksa hasil pekerjaan. jika tidak, hanya adrenaline dan sigma act yang menyelamatkan.
oh inikah yang namanya medioker? rasanya sungguh tidak mengenakan. bayangkan diri anda tidak bisa apa-apa, mudah tergantikan, dan tidak berguna. singkatnya adalah kalahan.
hanya saja, terima kasih kepada Allah karena masih bisa berupaya untuk pullback. ternyata, di luar banyak hal yang bisa dilakukan dan dikembangkan. sebagian memang terlihat bullshit tapi yah bisa membuat orang lain berbinar. seperti kalimat awal: kamu bisa melenting kemanapun dengan itu.
terima kasih juga kepada pengguna x yang menyebut dirinya ’e/acc’ dengan suguhan konten accelerate anon.
#prefersuperior.